Sinar matahari menyentuh tanah ini
Menerobos ke daun-daun kering dan berlubang
Sebuah daun di ujung ranting kering kecil yang merindukan embun
Tanah-tanah tandus retak seakan ini bencana
Mungkin bumi akan terbelah mengikuti garis-garis kecil di atasnya
Karena sejuk yang kemarin memejam tak lagi bangun, hati ini atau nanti
Melalui pria pengangguran yang masih di atas kasur mereka
Bermimpi jadi bos, bermimpi jadi penguasa, bermimpi beristri seksi
Setengah bangun dengan tetes-tetes keringat pemalasnya yang mengembun
Seperempat mata terbuka mencoba focus mencari waktu
Kepala menunduk ditumpuk caliber berat pikiran
Mencoba mencari detak jantung yang berisik selagi mengusap embun didadanya
Menggeram, menggerutu menyalahkan matahari
Karena pengendara motor yang berlomba menarik gasnya
Asap-asap kecil mengumpul membentuk gumpalan ngeri
Karbon dioksida, monodioksida semakin keatas
Ditiup tumbuhan, terhempas angin, menyentuh langit yang tak lagi indah
Dengan anak-anak kecil dibawahnya yang bermain
Memotong batang-batang kecil tumbuhan mengikuti ayahnya sang penebang
Gumpalan asap diatas mereka
Kita di bom Amerika,
Menjerit, menangis, berteriak berharap hari ini tidak kiamat
Haruskah tak ada montor? Tak ada mobil?
Lalu bagaimana nasib Jepang dengan Hondanya?
Nasib Indonesia dengan pemalanya yang tak sanggup lagi berjalan?
Kiamat pun mereka tak mau susah
Matahari pukul dua belas,
Kini tumbuhan kering tersisa untuk menjadi pengemis
Merayap melalui ranting-ranting gundul dan keringnya
Mengemis pada awan, mengemis pada manusia
Kini hanya tinggal lukisan monalisa karya Da Vinci
Terpampang dengan senyum sendu di museum Louvre, Paris
Meratapi buni yang semakin mengerucut waktunya
Atmosver yang semakin tipis menyelimuti bumi
Hanya monalisa yang takut orang tak lagi memandangnya sebagai seni
Dijual, ditukar untuk beberapa gelas air saja
Karya: Rio Rakasiwi
Senin, 04 November 2013
Puisi-Jeritan Hati-Sri Swaningsih
Duka mendera
Lara merajalela
Dawai - dawai cinta sirna
Terkoyak oleh gelapnya rasa
Benci bertahta, dendam peraturannya
Gelap, petang, gulita
Tiada tempat cahaya
Semua menjelma bak api melahap kayu
OLEH: SRI SWANINGSIH (XI A 4)
EKSIS DENGAN JURNALISTIK
Jurnalistik dalam
Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit,
menulis surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Kris Budiman seorang jurnalis
mengartikan jurnalistik ialah suatu kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan
dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu.
Kreativitas menulis
sangat diperlukan dalam dunia jurnalistik. Karena kreativitas dalam menulis,
pembaca akan merasa enjoy dan tidak akan bosan untuk membaca suatu tulisan.
Tulisan juga merupakan reseptor yang dapat merangsang pembaca untuk
mempercayai fakta dalam suatu kejadian.
Dengan tulisan, pembaca akan mengenal penulis tanpa mengenal ciri fisik sang
penulis.
Saat ini, dunia
jurnalistik sangat di gandrungi para pelajar dan mahasiswa. Terbukti dengan
adanya mading dan majalah sekolah. Selain itu, sekarang ini banyak media masa
yang membuka lapangan kerja bagi para pelajar yang pastinya menguntungkan.
Media masa tersebut memberi kolom tersendiri untuk tulisan para pelajar. Dengan
adanya kolom tersebut para pelajar dapat menyalurkan bakat meraka.
Hal tersebut sangat
menguntungkan bagi para pelajar yang mengirimkan tulisan ke media. Selain mendapatkan upah, mereka
juga akan mendapat ketenaran karena dikenal oleh banyak orang. Para pelajar
yang gemar menulis akan sangat bangga dan senang karena dapat dikenal oleh
orang. Selain itu dengan mereka mengirimkan tulisannya, mereka juga dapat
mengasah kemampuan sehingga kreativitaspun akan bertambah.
Bagi seseorang yang
mempunyai jiwa jurnalis, dia akan sangat bangga karena tulisannya dapat di muat
oleh media. Karena suatu tulisan yang di muat di majalah menandakan tulisan
tersebut bernilai jual mahal.
Jiwa jurnalistik
sangat diperlukan saat menjadi mahasiswa. Karena mahasiswa bekerja seperti seorang
time jurnalis. Membuat laporan untuk tugas, hanya tulisan bagus dan baiklah yang akan mendapat nilai
baik. Dengan kita berlatih belajar jurnalistik seperti menulis secara benar,
maka kita juga belajar untuk masa depan.
Langganan:
Postingan (Atom)