Selasa, 22 April 2014

Kiriman Pradita Apriliyani-X7



Kebaya Kartini Untuk Rati

Siang ini terasa sangat panas, matahari berada tepat di atas kepala. Di ujung jalan terlihat seorang ibu tua sedang menarik gerobak yang penuh dengan sampah. Keringat mulai berjatuhan dari kening ibu itu.
Bu Sarti namanya, seorang ibu yang rela membanting tulang untuk anak semata wayangnya. Beliau hidup dan tinggal di gubug bersama Rati anaknya. Bu Sarti seorang singgle parent yang di tinggal suaminya sejak Rati berumur 10 tahun, dan sejak itulah beliau bekerja sebagai tukang sampah untuk menghidupi dirinya dan anaknya.
“Assalamu’alaikum, ibu pulang Rati.” Kata Bu Sarti saat sampai dirumahnya.
“Wa’alaikumsallam. Bu, dari mana saja sih? Rati lapar bu, ibu mau Rati mati kelaparan?” jawab Rati ketus.
“Rati, kamu tahukan ibu baru pulang kerja, jadi ibu tidak sempat masak buat kamu.” kata Bu Sarti menanggapi Rati.
“Alah, ibu alasan saja, kalau begitu Rati minta uang buat beli makanan di warung!”
“Ibu tidak punya uang nak.” jelas Bu Sarti.
“Katanya kerja, masa nggak dapet uang. Udah Bu sini dompetnya.” kata Rati sambil merebut dompet Bu Sarti.
“Jangan nak, jangan, itu uang buat makan besok.!!” kata Bu Sarti mencoba merebut dompetnya.
JJJJ
Setelah Rati berhasil mengambil dompet ibunya, dia pun langsung pergi ke warung Bu Jamilah. Di sana, Rati memborong semua makanan dan memakannya dengan rakus.
“Rati, kamu dapat uang dari mana? Jajan segitu banyaknya?” tanya Bu Jamilah heran.
“Udahlah bu, bu Jamilah diam saja ! yang penting dagangan ibu laku.” jawab Rati sambil makan.
“Kamu tidak mencurikan? Mencuri itu haram Rati.” kata bu Jamilah menasehtai Rati.
“Ibu jangan sok tahu deh.” jawab Rati dengan membentak.
Setelah beberapa lama Rati makan, tiba-tiba ada dua orang anak sebayanya memanggilnya.
“Rati, wah uang kamu banyak banget?” kata salah satu anak.
“Iya lah, emangnya kamu. Jajan aja tidak bisa, huuh.” jawab Rati dengan membuang muka.
“Paling juga ngerampas uang ibunya, Ratikan jahat.” kata anak yang satunya.
“Hei diam ya! Jangan sok tahu kalian.” jawab Rati dengan kasar sambil mendorong salah satu diantara mereka.
“Udahlah biarin aja. Heh Rati sebentar lagi kan hari Kartini, emangnya kamu sudah punya kebaya?” ejek salah satu anak tersebut.
“Paling juga tidak kuat beli, ibunya kan hanya tukang sampah, atau mungkin bajunya itu dari tong sampah, hahaha.” tambah anak yang lain.
Setelah kenyang, Rati pun pulang ke rumah dan bicara pada bu Sarti agar di belikan kebaya buat hari kartini nanti.
“Bu, Rati pengen kebaya buat hari kartini nanti!” pinta Rati memaksa.
“Rati, masuk rumah kok tidak pakai salam dulu. Soal kebaya ibu tidak punya uang nak, uangnya sudah kamu ambil semua tadi.” jawab bu Sarti sabar.
“Rati tidak mau tahu, pokoknya hari kartini nanti aku harus memakai kebaya baru.” kata Rati sambil membanting pintu kamarnya.
“Ya Allah, kenapa anakku sifatnya seperti ini? Apa salah hamba Ya Allah?” kata bu Sarti dalam tangisnya.
JJJJ
Pagi harinya bu Sarti membangunkan Rati untuk berangkat sekolah. Tetapi Rati malah mengancam ibunya, jika tidak dibelikan kebaya baru Rati akan pergi dari rumah dan bolos sekolah selamanya. Karena bu Sarti orangnya penyabar dan tidak bisa memarahi Rati, bu Sarti pun berjanji akan membelikan Rati kebaya yang di inginkannya.
Setelah pulang kerja bu Sarti sangat bahagia karena beliau membawa kebaya baru untuk anak semata wayangnya.
“Assalamu’alaikum, Rati! Ibu pulang nak, coba lihat apa yang ibu bawa.” kata bu Sarti penuh semangat.
“Wa’alaikumsallam, ibu sudah dapat? Mana-mana bu?” jawab Rati senang.
Rati pun membuka plastik hitam yang berisi kebaya yang di belikan ibunya.
“Ini kebaya apaan? Jelek kaya gini ibu bilang bagus? Apa ibu nggak tahu ini kebaya murahan bu.” kata Rati sambil membuang kebaya itu.
“Tapi nak, ini bagus. Ibu beli di pasar pakai uang hasil kerja ibu seharian, masa kamu tidak menghargainya?” jawab bu Sarti sambil mengambil kebaya itu.
“Aku tidak peduli bu, aku mau kebaya yang mahal, aku benci sama ibu. Coba aja ayah masih hidup pasti aku bakal dapet kebaya mahala dan bagus dari butik bukan dari pasar bu.”
Karena melihat Rati marah, bu Sarti pun pergi untuk mencari kebaya yang di inginkannya. Bu Sarti menjual perhiasannya untuk membeli kebaya buat Rati.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya bu Sarti mendapatkan kebaya itu dari butik ternama, walaupun mahal bu Sarti tetap membeli kebaya itu, demi melihat anaknya senang.
Saat perjalanan pulang bu Sarti terus melihat kebaya itu, bu Sarti berharap Rati senang dengan kebaya itu. Saking senangnya bu Sarti tidak melihat mobil yang melintas, sampai-sampai bu Sarti pun tertabrak mobil.
“Assalamu’alaikum Rati, Rati.” teriak seorang warga sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsallam. Ibu kenapa sih malam-malam gini teriak-teriak, ganggu orang lagi baca novel aja.” jawab Rati sambil membuka pintu.
“Kamu ini malah enak-enakan baca novel, kamu nggak tau ya ibu kamu kecelakaan.” kata warga sambil menarik Rati.
“Bu, pelan-pelan kenapa sih, sakit tau!” teriak Rati.
“Lihat ibu kamu, dia rela melakukan apapun demi kamu.”
Setelah sampai di tempat kejadian Rati tercengang saat melihat ibunya tergeletak tak berdaya di pinggir jalan, sambil membawa plastik hitam.
“Ibuu.” teriak Rati sambil menangis mendekati ibunya.
“Rati, ibu minta maaf nak, selama ini ibu tidak bisa membahagiakan mu. Ini kebaya buat Rati, Rati harus janji sama ibu memakai kebaya ini di hari kartini nanti.” kata bu Sarti terbata-bata.
“Ibu, maafkan Rati, semua ini terjadi karena Rati bu, Rati, Rati tidak mau kebaya lagi, Rati mau ibu tetap bertahan. Maafkan Rati bu.” kata Rati sambil memeluk ibunya.
“Kamu tidak salah nak, selamat tingal Rati. Ibu sudah tidak kuat lagi.” Kkata bu Sarti sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
“ibu.” teriak Rati.
JJJJ
Setelah kerpgian ibunya, Rati menjadi yatim piatu, dia sadar apa yang pernah dilakukannya selama ini salah.
Hari kartini pun tiba, semua murid SMA Samudra memakai kebaya, begitu pula dengan Rati. Dia memakai kebaya pemberian ibunya.
“Bu, Rati minta maaf. Sekarang Rati sudah memakai kebaya dari ibu. Terima kasih bu, sekarang Rati juga sadar arti hari kartini itu bukan karena apa yang kita pakai untuk memperingatinya, tetapi hari kartini itu di peringati dengan semangat dari hati. Selamat jalan ibu, semoga ibu bahagia di sisi Allah SWT. Rati sayang ibu. Rati juga akan jaga kebaya ini sampai kapanpun.” Kata Rati  sambil memegang foto ibunya dengan menitikan air mata.
Tamat!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar