Kebaya Kartini Untuk Rati
Siang ini
terasa sangat panas, matahari berada tepat di atas kepala. Di ujung jalan
terlihat seorang ibu tua sedang menarik gerobak yang penuh dengan sampah.
Keringat mulai berjatuhan dari kening ibu itu.
Bu Sarti
namanya, seorang ibu yang rela membanting tulang untuk anak semata wayangnya.
Beliau hidup dan tinggal di gubug bersama Rati anaknya. Bu Sarti seorang
singgle parent yang di tinggal suaminya sejak Rati berumur 10 tahun, dan sejak
itulah beliau bekerja sebagai tukang sampah untuk menghidupi dirinya dan
anaknya.
“Assalamu’alaikum,
ibu pulang Rati.” Kata Bu Sarti saat sampai dirumahnya.
“Wa’alaikumsallam.
Bu, dari mana saja sih? Rati lapar bu, ibu mau Rati mati kelaparan?” jawab Rati
ketus.
“Rati, kamu
tahukan ibu baru pulang kerja, jadi ibu tidak sempat masak buat kamu.” kata Bu
Sarti menanggapi Rati.
“Alah, ibu
alasan saja, kalau begitu Rati minta uang buat beli makanan di warung!”
“Ibu tidak
punya uang nak.” jelas Bu Sarti.
“Katanya
kerja, masa nggak dapet uang. Udah Bu sini dompetnya.” kata Rati sambil merebut
dompet Bu Sarti.
“Jangan nak,
jangan, itu uang buat makan besok.!!” kata Bu Sarti mencoba merebut dompetnya.
JJJJ
Setelah Rati
berhasil mengambil dompet ibunya, dia pun langsung pergi ke warung Bu Jamilah.
Di sana, Rati memborong semua makanan dan memakannya dengan rakus.
“Rati, kamu
dapat uang dari mana? Jajan segitu banyaknya?” tanya Bu Jamilah heran.
“Udahlah bu,
bu Jamilah diam saja ! yang penting dagangan ibu laku.” jawab Rati sambil
makan.
“Kamu tidak
mencurikan? Mencuri itu haram Rati.” kata bu Jamilah menasehtai Rati.
“Ibu jangan
sok tahu deh.” jawab Rati dengan membentak.
Setelah beberapa lama Rati
makan, tiba-tiba ada dua orang anak sebayanya memanggilnya.
“Rati, wah
uang kamu banyak banget?” kata salah satu anak.
“Iya lah,
emangnya kamu. Jajan aja tidak bisa, huuh.” jawab Rati dengan membuang muka.
“Paling juga
ngerampas uang ibunya, Ratikan jahat.” kata anak yang satunya.
“Hei diam ya!
Jangan sok tahu kalian.” jawab Rati dengan kasar sambil mendorong salah satu
diantara mereka.
“Udahlah
biarin aja. Heh Rati sebentar lagi kan hari Kartini, emangnya kamu sudah punya
kebaya?” ejek salah satu anak tersebut.
“Paling juga
tidak kuat beli, ibunya kan hanya tukang sampah, atau mungkin bajunya itu dari
tong sampah, hahaha.” tambah anak yang lain.
Setelah kenyang, Rati pun
pulang ke rumah dan bicara pada bu Sarti agar di belikan kebaya buat hari
kartini nanti.
“Bu, Rati
pengen kebaya buat hari kartini nanti!” pinta Rati memaksa.
“Rati, masuk
rumah kok tidak pakai salam dulu. Soal kebaya ibu tidak punya uang nak, uangnya
sudah kamu ambil semua tadi.” jawab bu Sarti sabar.
“Rati tidak
mau tahu, pokoknya hari kartini nanti aku harus memakai kebaya baru.” kata Rati
sambil membanting pintu kamarnya.
“Ya Allah,
kenapa anakku sifatnya seperti ini? Apa salah hamba Ya Allah?” kata bu Sarti
dalam tangisnya.
JJJJ
Pagi harinya
bu Sarti membangunkan Rati untuk berangkat sekolah. Tetapi Rati malah mengancam
ibunya, jika tidak dibelikan kebaya baru Rati akan pergi dari rumah dan bolos
sekolah selamanya. Karena bu Sarti orangnya penyabar dan tidak bisa memarahi
Rati, bu Sarti pun berjanji akan membelikan Rati kebaya yang di inginkannya.
Setelah pulang
kerja bu Sarti sangat bahagia karena beliau membawa kebaya baru untuk anak
semata wayangnya.
“Assalamu’alaikum,
Rati! Ibu pulang nak, coba lihat apa yang ibu bawa.” kata bu Sarti penuh
semangat.
“Wa’alaikumsallam,
ibu sudah dapat? Mana-mana bu?” jawab Rati senang.
Rati pun membuka plastik
hitam yang berisi kebaya yang di belikan ibunya.
“Ini kebaya
apaan? Jelek kaya gini ibu bilang bagus? Apa ibu nggak tahu ini kebaya murahan
bu.” kata Rati sambil membuang kebaya itu.
“Tapi nak, ini
bagus. Ibu beli di pasar pakai uang hasil kerja ibu seharian, masa kamu tidak
menghargainya?” jawab bu Sarti sambil mengambil kebaya itu.
“Aku tidak
peduli bu, aku mau kebaya yang mahal, aku benci sama ibu. Coba aja ayah masih
hidup pasti aku bakal dapet kebaya mahala dan bagus dari butik bukan dari pasar
bu.”
Karena melihat Rati marah,
bu Sarti pun pergi untuk mencari kebaya yang di inginkannya. Bu Sarti menjual
perhiasannya untuk membeli kebaya buat Rati.
Setelah
berjalan cukup lama, akhirnya bu Sarti mendapatkan kebaya itu dari butik
ternama, walaupun mahal bu Sarti tetap membeli kebaya itu, demi melihat anaknya
senang.
Saat perjalanan pulang bu
Sarti terus melihat kebaya itu, bu Sarti berharap Rati senang dengan kebaya
itu. Saking senangnya bu Sarti tidak melihat mobil yang melintas, sampai-sampai
bu Sarti pun tertabrak mobil.
“Assalamu’alaikum
Rati, Rati.” teriak seorang warga sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikumsallam.
Ibu kenapa sih malam-malam gini teriak-teriak, ganggu orang lagi baca novel
aja.” jawab Rati sambil membuka pintu.
“Kamu ini
malah enak-enakan baca novel, kamu nggak tau ya ibu kamu kecelakaan.” kata
warga sambil menarik Rati.
“Bu,
pelan-pelan kenapa sih, sakit tau!” teriak Rati.
“Lihat ibu
kamu, dia rela melakukan apapun demi kamu.”
Setelah sampai di tempat
kejadian Rati tercengang saat melihat ibunya tergeletak tak berdaya di pinggir
jalan, sambil membawa plastik hitam.
“Ibuu.” teriak
Rati sambil menangis mendekati ibunya.
“Rati, ibu
minta maaf nak, selama ini ibu tidak bisa membahagiakan mu. Ini kebaya buat
Rati, Rati harus janji sama ibu memakai kebaya ini di hari kartini nanti.” kata
bu Sarti terbata-bata.
“Ibu, maafkan
Rati, semua ini terjadi karena Rati bu, Rati, Rati tidak mau kebaya lagi, Rati
mau ibu tetap bertahan. Maafkan Rati bu.” kata Rati sambil memeluk ibunya.
“Kamu tidak
salah nak, selamat tingal Rati. Ibu sudah tidak kuat lagi.” Kkata bu Sarti
sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
“ibu.” teriak
Rati.
JJJJ
Setelah
kerpgian ibunya, Rati menjadi yatim piatu, dia sadar apa yang pernah
dilakukannya selama ini salah.
Hari kartini pun tiba, semua
murid SMA Samudra memakai kebaya, begitu pula dengan Rati. Dia memakai kebaya
pemberian ibunya.
“Bu, Rati
minta maaf. Sekarang Rati sudah memakai kebaya dari ibu. Terima kasih bu,
sekarang Rati juga sadar arti hari kartini itu bukan karena apa yang kita pakai
untuk memperingatinya, tetapi hari kartini itu di peringati dengan semangat
dari hati. Selamat jalan ibu, semoga ibu bahagia di sisi Allah SWT. Rati sayang
ibu. Rati juga akan jaga kebaya ini sampai kapanpun.” Kata Rati sambil memegang foto ibunya dengan menitikan
air mata.
Tamat!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar