Minggu, 29 Desember 2013

Gunjingan Pendidikan Alternatif



Oleh : Susanto Raharjo

Aku seperti anak-anak pada umumnya yang mengikuti gerak laju orang tua. Rasanya fenomena sosial yang terjadi di tengah kota kecil di tunjukkan dengan tingginya angka kriminalitas, premanisme dan perilaku buruk akibat kurangnya pemahaman pendidikan budi pekerti dengan baik oleh masyarakat.


Pernah aku tersadar, saat mengenakan seragam Sekolah Dasar, warna pakaian yang aku kenakan ini seperti bendera Indonesia yang terbalik, baju berwarna putih dan calana yang berwarna merah, bila sekolah itu harus menggunakan seragam dan menjunjung tinggi nasionalisme mesti warnanya harus sama dengan bendera negara ini. Walaupun seragam itu tidak menjunjung tinggi nasionalisme, warna dari seragam itu mengundang banyak persepsi yang berbeda.

Sumber daya manusia di Negara kita ini bisa di bilang tidak sedikit kuantitasnya, bahkan potensi yang terpendam sangat banyak, namun dengan banyaknya sumber daya manusia sehingga mutu pendidikan di Negara ini perlu ditingkatkan lagi kualitasnya. Minat masyarakat untuk belajar di sekolah dengan kurikullum yang sudah diberikan oleh pemerintah sangat tinggi dikarenakan tuntutan hidup. Pada umumnya, manusia mengemban pendidikan untuk mempunyai mimpi guna mendapat hidup yang layak di kemudian hari.

Pendidikan menjadi tolok ukur pengetahuan yang senantiasa mengarungi hidup kita, akan tetapi pendidikan di Indonesia sekarang harus di tingkatkan untuk memajukan pemikiran-pemikiran yang dicita-citakan bangsa ini guna menjadikan Negara yang maju, salah satunya adalah merubah sistem pendidikan dengan mengimbangi pendidikan alternatif yang dapat memberikan rujukan dalam me
ncapai cita–cita bangsa ini agar potensi dari para pelajar dapat di tempatkan sesuai dengan wadahnya.

Pelaksanaan pendidikan alternatif di Indonesia sepertinya tidak bisa di bilang sedikit, dari pandidikan informal, forum diskusi hingga pelatihan-pelatihan pengembangan potensi, memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Saat ini aku juga menggeluti salah satu pendidikan alternatif, dan sangat jelas sekali orientasinya, yaitu sebagai media komunikasi dan informasi yang mencerminkan keberpihakan kepada kaum lemah hadir ditengah-tengah komunitas kampus pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya dengan tujuan untuk membangun masyarakat sebagai intelektual yang beramal ilmiah dan berilmu.


***

Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan pendidikan terus mengalami kemajuan, perkembangan kemajuan itu makin dipacu oleh mimpi para pelajar yang mampu menerobos batas ruang dan waktu.

Angan-angan mereka akan diraih melalui gambaran melalui mimpi ataupun tujuan para pelajar. Keinginan kuat untuk menjadi seorang yang lebih baik, membuat mimpi para pelajar ini seakan-akan seperti seekor macan yang tidak makan berminggu-mingggu. Patokan-patokan yang di buat pemerintah terhadap sistem pendidikan membuat mimpi para pelajar bisa saja terhenti. Ini menjadi suatu pandangan yang dapat merubah mimpi seorang murid menjadi pesimis akan mimpinya. Para pelajar biasanya hanya bisa pasif terhadap pelajaran yang menurutnya tidak mengasyikan, ini terjadi kerena kurangnya kesadaran mereka yang dipesonakan oleh sesuatu, sehingga kesadaran ini tidak lagi kritis, tumpul.

Begitu sangat mulianya mimpi anak-anak Indonesia, mereka mengikuti sekolah yang aturannya dibuat oleh pemerintah, tak ubahnya kerangkeng penjara yang menindas para murid. Mereka harus menjadi sosok yang selalu patuh, nurut dan taat pada perintah. Imbasnya, mereka akan menjadi sosok mekanis yang kehilangan sikap kreatif dan mandiri. Mereka belum terbebas sepenuhnya dari suasana keterpasungan dan penindasan, yang lebih mencemaskan, dunia persekolahan kita dinilai hanya menjadi milik anak-anak orang kaya.

Usai menuntut ilmu, mereka menjadi penindas-penindas baru sebagai efek domino dari proses dan sistem yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Sungguh sangat beralasan jika banyak pengamat pendidikan yang menilai bahwa dunia persekolahan kita selama ini hanya melahirkan kaum penindas. Sementara itu, anak-anak dari kalangan masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki akses terhadap dunia pendidikan hanya akan menjadi kacung dan kaum tertindas.

Kontinuitas dalam belajar menjadikan kita peka terhadap sesuatu, kepekaan ini
bisa menjadi modal untuk meraih mimpi. Kerja keras, tekun, jujur, tidak putus asa, biasanya menjadi salah satu usaha dari seorang murid yang ingin mencari ilmu demi tercapainya cita-cita.

Pemerintah memang sudah memberikan kurikullum pendidikan yang baik, namun menjadi tidak relevan seandainya kurikullum pendidikan itu membatasi bakat yang seyogyanya memberikan pemahaman lebih untuk berkembangnya pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif.

***

Penyelenggaraan pendidikan pada undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional rupanya masih ada diskriminasi pada sistem pendidikan di negara ini, sistem pendidikan nasional seharusnya mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu sumber daya manusia dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global, ternyata tidak mampu menjawab semua itu.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ini sesuai dengan pasal 3 uu no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.

Sering sekali kala pemilu para calon legislatif, saya mendengar adanya visi dan misi tentang pendidikan gratis, akan tetapi pada kenyataanya tak berkata demikian, mereka hanya mempesonakan sesuatu kepada masyarakat Indonesia agar memilih para calon legislatif itu, padahal yang terjadi pada pendidikan di negeri ini sangat ironis sekali. Peranan pendidikan harus di imbangi dengan pendidikan alternative, sebab, pendidikan alternative tak hanya sebagai pengembangan bakat ataupun menggali potensi, akan tetapi permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita dapat dipahami dan diselesaikan.

Perpaduan ini dapat mempertegas eksistensi pendidikan alternatif disamping menjadi wadah terbuka yang mempunyai idealisme dan berprespektif transedental (berhubungan dengan Ketuhanan), agar para pelajar dapat melakukan ide kritis, evaluative, dan edukatif, sehingga praktek-pratek tirani dapat dihindarkan dalam komunitasnya.

***

Persoalan klise berkaitan dengan sekolah, seperti gedung yang ambruk, kelas yang rusak, SPP yang mahal, gurunya kurang dan masih banyak persoalan lainnya, sementara itu di sektor pendidikan disinyalir merupakan tempat yang rawan penyelewengan dana. Memang ironis dan menyedihkan, jika pendidikan bertujuan untuk meninggikan kualitas manusia sehingga tercipta masyarakat yang positif, produktif dan bertakwa. Nampaknya dunia pendidikan di negeri ini jauh meninggalkan tujuan itu.

Eksistensi pendidikan formal sudah menjalar diberbagai sudut daerah di Indonesia, lalu tak kalah pula eksistensi dari pendidikan alternatif melebihi pendidikan formal yang unggul dari berbagai aspek, seperti, membuat para pelajar mengerti masalah disekitarnya, berfikir kritis, kreatif, dan meningkatkan dinamika berfikir dengan memberikan informasi yang tidak hanya membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu, tidak sekedar membuat orang yang tidak peduli menjadi peduli namun sampai pada tatanan membuat orang yang diam menjadi bergerak untuk membuat perubahan yang positif. Namun kekurangan dari pendidikan alternatif ialah legalitasnya tidak diakui oleh pemerintah.

Diskriminasi penerapan pendidikan pada pelajar penyandang cacat (kecuali autis) dengan pelajar yang normal sangat dibedakan sekali, apakah harus membeda-bedakan pendidikan mereka?, padahal sistem pendidikan di negara ini bertujuan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusianya, lalu bagaimana dengan mereka? Sehingga siswa tidak lagi bebas dalam berfikir maupun berkreasi dikarenakan kurikullum pendidikan yang memagari keinginan siswanya

***

Dunia pendidikan formal (sekolah) kita sudah banyak di kritik sebagai tempat yang kurang nyaman bagi siswa didik dalam mengeksplorasi dan menumbuhkembangkan jati diri. Sekolah tak ubahnya kerangkeng penjara yang menindas para murid.

Mereka harus menjadi sosok yang serba penurut, patuh, dan taat pada komando. Imbasnya, mereka menjadi sosok mekanis yang kehilangan sikap kreatif dan mandiri. Mereka belum terbebas sepenuhnya dari suasana keterpasungan dan penindasan, yang lebih mencemaskan, dunia persekolahan kita dinilai hanya menjadi milik anak-anak orang kaya.

Pemahaman merangsang intelektualitas para pelajar untuk meraih pemahaman yang lebih baik terhadap realitas objektif yang senantiasa berubah tidak terjebak kedalam nilai-nilai negatif yang berkembang di masyarakat yang berlandaskan pada kebenaran yang hakiki.

Para pelajar umumnya lebih banyak mendapat mata pelajaran dari kurikullum pendidikan yang di berikan oleh pemerintah, selama ini partisipasi para pelajar dalam pelaksanaan pendidikan alternative
hanya para pelajar yang mau mengembangkan minatnya saja, apalagi para pelajar yang tidak perduli dengan pendidikan yang sekarang semakin berkembang. Pendidikan alternative di selenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan, Gengsi yang sangat tinggi menyebabkan turunya minat belajar dalam proses berdialektika.

Selama aku sekolah, pernah mendengar sindiran dari guru ku, “kenapa otak orang Indonesia itu mahal harganya, karena jarang di gunakan untuk berfikir”, seolah-olah ini sindiran bagi sebagian masyarakat indonesia, yang di serukan saat di kelas. Maksudnya untuk orang yang jarang di pakai otaknya mudah sekali di bodohi oleh orang lain. akan tetapi untuk mensiasati dari sindiran itu, berfikir secara kritis sangat perlu untuk menggali potensi yang ada dalam diri, dinamika pembelajaran dapat di tingkatkan lagi guna mencapai pemahaman yang sama, agar pola pikir masyarakat Indonesia bisa merubah negara ini menjadi maju pada umumnya dan diri sendiri pada khususnya.

***

Sosok yang patut direnungkan dan diteladanai perjalanan hidup, gagasan, ide, ataupun pemikirannya mengenai persoalan kehidupan maupun pengetahuan, seorang guru. Mereka menjadi contoh bagi para pelajar karena tanggung jawab seorang guru sangatlah besar, memberikan ilmu pengetahuan, menambah minat belajar, menggali potensi, dan menuntut para pelajar untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya
Idealnya dari seorang guru wajib mempunyai metode kognitif dan kreatif dalam mendidik siswanya, menguasai ilmu untuk membimbing muridnya untuk menjadi lebih baik dari gurunya, sehingga dapat memberikan kebanggaan tersendiri baginya, tak hanya membuat siswanya menjadi pintar atau pun lulus dari sekolah, akan tetapi bagaimana seorang pelajar setelah lulus sekolah harus berguna untuk bangsa ini.
Interaksi pengajar, guru atau dosen harus bisa sedekat mungkin dengan muridnya untuk memberikan pembelajaran, artinya kedekatan pengajar dalam memberikan pelajaran harus dengan jiwa yang mulia, tanggung jawab atas pekerjaannya dan mempunyai tujuan dalam mengajar.

Juga Pancasila yang menjadi dasar ideologi negara Indonesia tidak sejalan dengan semestinya. kemanusiaan yang adil dan beradab, malah guru yang justru berbuat cabul, memberikan contoh yang tidak baik bagi muridnya, dulunya guru itu mendapat slogan pahlawan tanpa tanda jasa, yang seharusnya mengabdi pada masyarakat untuk memberikan ilmunya, tetapi saat ini, slogan guru hanya penjelmaan dari kata-kata yang membodohi masyarakat

Kontradiksi guru-murid. guru menjadi sumber segala pengetahuan, sedangkan murid menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Siswa didik tidak dilihat dan ditempatkan sebagai objek yang harus diajar dan menerima. Demikian pula sebaliknya, guru tidak berfungsi sebagai pengajar. Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi. Guru dan siswa didik bersama-sama sebagai subyek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak dan berfungsi sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis. Ia adalah teman dalam memecahkan permasalahan. Sementara itu, siswa didik adalah partisipan aktif dalam dialog tersebut. Materi dalam proses pendidikan pun tidak diambil dari sejumlah rumusan baku atau dalil dalam buku paket, tetapi sejumlah permasalahan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami oleh siswa didik dalam konteksnya sehari-hari.

Memotivasi para pelajar agar meningkatkan minat belajar dan juga potensi dari para pelajar sesuai agar di tempatkan sesuai dengan wadahnya. Tidak hanya guru yang dapat dijadikan motivator, teman, orang tua, saudara, atau siapa pun bisa di jadikan motivasi.

***

Sistem pelaksanaan pendidikan alternative sudah mendapat banyak kepercayaan dari masyarakat Indonesia, kepercayaan terhadap pendidikan alternative di karenakan dengan adanya meningkatkan kesadaran dalam hal belajar, mengetahui problematika yang terjadi di lingkungan sekitar, bisa memenejemen waktu, memberikan pemahaman lebih dalam berbagai hal dan menyamakan pemikiran.

Dalam pelaksanaannya pendidikan formal dan alternatif sebenarnya harus seimbang, karena kehidupan ini tidak semua belajar dengan teori, belajar dari hasil penelitian, observasi atau pun pengamatan itu bisa menambah pemahaman kita terhadap suatu hal. Hendaknya pendidikan alternative bisa menambah eksistensinya di Negara ini agar bisa diakui lulusannya dan legalitasnya, seperti membuat karya, buku, motivator atau pun apa saja yang bisa membuat masyarakat sadar akan problematika yang terjadi di sekitar dan mau meningkatkan minat belajar.

Dibandingkan dengan Negara-negara maju, sebenarnya sumber daya manusia kita ini tidak jauh lebih pintar, hanya saja sistem pendidikan di negara ini membuat manusia menjadi mekanis. Dengan menggunakan dan memaksimalkan kemampuan akal dengan fenomena yang terjadi pada pendidikan di negeri ini, sebagai obyek pemahaman yang pada akhirnya, hasil dari pemahaman tersebut memberikan nilai manfaat sebesar-besarnya bagi manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar