BROKEN HEART
“ma’af
aku tidak bisa, lebih baik kita berteman saja”
Kalimat itu mengiang - ngiang di
telingaku. Harusnya hari ini menjadi hari terindah bagiku. Kemarin, aku sudah
menyiapkan semuanya, semalaman aku menyusun kata -kata untuk menyatakan rasa
ini pada gadis itu. Nunaima . ya, gadis itu adalah gadis yang kuincar selama
ini. Dia begitu sempurna, matanya penuh bintang yang berkelip, pipinya selalu
merona, tak hanya itu, dia juga pintar. Laki laki manapun pasti akan tertarik
padanya. Aku sangat beruntung bisa menjadi sahabat baiknya.
Setiap hari kita selalu bersama.
Sudah banyak omongan yang menggosipkan kalau kita berpacaran. Apalagi di SMA
putra bangsa ini, hal sekecil apapun pasti akan cepat tersebar. Tapi kami
seakan tutup telinga terhadap kabar burung tersebut. Memang kita berdua selalu
bersama. Aku selalu ada buat dia. Selalu !.
“Rizky,
ntar anterin aku pulang ya !” pintanya seraya tersenyum.
“siap
tuan putri “ jawabku sambil ketawa.
Begitulah, tiap pulang sekolah
kita selalu bareng. Diperjalanan pulang, pasti ada aja bahan buat becandaan.
Bahkan setiap malam minggu kita selalu jalan.
“Nay
ntar malem jalan yok” ajakku sambil tersenyum.
“Kemana
??”
“Ke
Pim”
“Ngapain
??” jawabnya heran.
“Yaaa,
liat liat aja gituh, cari angin dikit”
“oke
beb”
“Dih”
jawabku sambil masamg tampang cengengesan, padahal hatiku jedag jedug mendengar
kata kata itu .
“Ngapain
lu cengar cengir gitu, beb itu dari kata bebek, hahaha” tawanya khasnya
meledak.
“Siapa
juga yang cengar cengir :p” entah mengapa ada ras kecewa dihatiku.
Mentari
pun telah beristirahat, dan sang bulan sabit menyeluritkan senyumnya.
“tok..
tok.. tok.. assalamu’alaikum” setelah aku mengetuk pintu dan mengucap sala,
munculah wanita paruh baya yang sudah pasti wanita itu adalah ibanya Nunaima.
“wa’alakumsalam
, eh nak Rizky, silahkan masuk, pasti mau pergi ama Nunaima ya ?”
“hehehe
.. iya bu, Nunaimanya mana ?”
“dia
masih di kamar tuh”
Tiba tiba aku melihat gadis
cantik menuruni tangga. Ya, siapa lagi kalau bukan Nunaima, dia begitu cantik
mengenakn dress pink, high gils pink da tas kecil yang juga berwarna senada
dengan dressnya. Aku tau dia memang sangat fanatic dengan warna pink, tapi mala
mini dia kelihatan beda.
“weyy !! ayo berangkat ! jangan
nglamun mulu “
Suara itu mengagetkanku.
“i..iya yok” jawabku sedikit kikuk”
Diperjalanan, aku selalu
memuji dia.
“Nay, kamu cantik banget mala mini”
“oooooh jada selama ini aku ga
cantik dong”
“yaa begitulah”
Jawabanku itu membuat dia mengkrucutkan
bibirnya, pertanda dia sedang cemberut. Tiga puluh menit sudah kita berjalan.
Akhirnya nyampai juga di Pim. Tempat ini adalah tempat yang kupilih untuk
menyatakan rasa ini.
“Nay” panggilku lirih.
“iya”
“ada sesuatu hal yang ingin aku
katakan padamu”
“apa? Katakan saja”
“sebenarnyaaaa”
Aku sengaja manggantung kalimatku.
Lalu nunaima mengangkat alisnya yang mengisyaratkan “apa”
“aku cinta kamu. Apa kamu mau
menjadi kekasihku ?”
Entah mengapa suasana di restoran
itu menjadi canggung, tubuhku dingin, jantungku berdetak lebih kencang. Nunaima
masih diam. (ida ending sukmawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar